Jumat, 16 April 2010

Cloud Computing

Di pelbagai bidang teknologi informasi, orang bekerja keras mengembangkan apa yang disebut ‘internetnya masa depan’. Tidak perlu lagi memasang mesin berdengung di bawah meja kerja. Yang dibutuhkan hanya sebuah layar, keyboard dan semacam ’stopkontak cerdas’.

Internet -dan penggunaan komputer- dalam waktu dekat mengingatkan kita akan situasi distribusi radio pada jaman dulu. Microsoft, industri piranti lunak raksasa, mengembangkan “komputasi awan” versinya sendiri. (Terjemahan Wikipedia- komputasi awan, bahasa dari Bahasa Inggris: cloud computing, adalah penggunaan teknologi komputer untuk pengembangan berbasis Internet.) Keuntungan konsumen jelas: memakai komputer makin murah dan hemat energi.

Internet bukan lagi cuma memberi informasi kepada para pengguna. Piranti lunak lengkap dan sistem operasional juga tersedia secara online. Dengan kata lain, internet dan semua yang terkait dengannya, menjadi terminal pusat pengaturan peralatan rumah tangga termasuk gas dan listrik.

“Yang dilakukan, tidak lain, mengirim semua yang dibutuhkan ke terminal yang ada di rumah Anda. Untuk itu dibutuhkan sambungan cepat. Karena itu di masa kini, semuanya berjalan lewat internet,” kata pakar teknologi informasi, Stevan Greve
Sambungan internet cepat menghubungkan antara peralatan rumah tangga sederhana dan sejumlah kecil super komputer yang bisa saja berada di berbagai penjuru dunia. Pelanggan tanpa perlu membeli atau menginstalasi program, tetap dapat menggunakannya.

Syarat utama, pengguna harus memiliki sambungan serat optik. Sebab hanya kabel tersebut yang secara sempurna menerima dan mengirim data, supaya komputer tidak berjalan pelan.

Tujuan utama dari cloud computing sesungguhnya dari komputansi awan justru terjadi pada perusahaan. Perusahaan biasanya iap tahun dipusingkan pengeluaran besar untuk membeli piranti keras dan lunak. Bila cukup membeli satu terminal, bukan saja lebih murah, tapi juga perlengkapan yang simpel lebih tahan lama.

Mengapa konsep ini bernama komputasi awan atau cloud computing? “Internet bisa dianggap awan besar. Awan berisi komputer yang semuanya saling tersambung. Dari situlah berasal istilah ‘cloud’. Jadi semuanya disambungkan ke ‘cloud’, atau awan itu,” kata Greve.

Dengan demikian konsumen kian untung karena hanya membutuhkan ruang kecil di bawah meja. Sementara komputer induk memerlukan perawatan berkala saja dan pengamanan jauh lebih ringan serta murah. Tak perlu repot melakukan update pemindai virus dan lain sebagainya. Semuanya sudah termasuk abonemen. Juga tidak ketinggalan, komputasi awan ramah lingkungan.

Bisa Ngadat
Sisi minus terbesar sistem, dialami pengguna individu rumah. Jika internet macet, misalnya penyedia jasa kelebihan beban, maka komputer ikut ngadat. Artinya, bukan saja tidak bisa internetan, tetapi komputer sama sekali tak bisa dipakai. Bagi pengguna besar seperti perusahaan, yang kebanyakan karena alasan keamanan, memiliki akses ke lebih dari satu penyedia jasa internet, masalah ini tidak begitu menyulitkan.

Sistem operasi Windows menghasilkan jutaan Euro bagi Microsoft. Mereka sejak lama mencoba mendalami fenomena komputasi awan dan tidak mau tergesa-gesa.
Namun pekan lalu, direktur Steve Ballmer mengumumkan perusahaannya dalam waktu satu bulan bakal meluncurkan Windows Cloud.

Dalam beberapa tahun ke depan kita semua berada di “awan-awan”.
Raksasa piranti lunak Microsoft mengumumkan Windows Azure, sebuah versi baru Windows yang lain dari biasanya. Disebut demikian karena Windows Azure adalah sistem operasi yang memanfaatkan konsep cloud computing alias berkomputer dengan memanfaatkan internet.
Apa maksudnya? Dengan Windows Azure, aplikasi akan dijalankan pada data center Microsoft dan bukan pada server sebuah perusahaan. Kemudian, pengguna bisa memanfaatkan aplikasi itu asalkan terhubung ke internet.

“Ini adalah transformasi dari piranti lunak kami dan transformasi dari strategi kami,” ujar Ray Ozzie, Chief Software Architect Microsoft.
Azure akan menempatkan Microsoft bersaing secara langsung dengan penyedia jasa serupa, seperti Amazon, Salesforce.com dan Rackspace.

Belum ada rincian mengenai harga ’sewa’ yang akan diterapkan Microsoft untuk Azure. Saat ini, Ozzie mengumumkan, Azure masih gratis bagi pengembang yang ingin mencobanya.

Microsoft pun berencana memanfaatkan Azure untuk berjualan beberapa piranti lunaknya yang biasanya dijual untuk digunakan pada server kantor. Semua piranti lunak Enterprise Microsoft, termasuk Exchange, dikabarkan akan menawarkan pilihan ini.

Jika sistem operasi ‘tradisional’ Microsoft seperti Windows Vista atau Windows 7 nantinya ternyata kurang ‘laku’, bisa jadi Azure akan menjadi masa depan bagi raksasa piranti lunak itu
Dengan cloud computing, user tidak perlu lagi mengupgrade server, membeli server baru, mengupgrade storage, dan biaya operasional yang tidak efisien lainnya. Bahkan, laporan yang kami terima, sekira 20 hingga 30 persen total belanja enterprise dipakai untuk biaya operasional dan pemeliharaan. Akses internet yang begitu gampang dicari juga murah, memungkinkan enterprise menekan angka operasional bagi enterprise yang umumnya hanya butuh transaksi

Jangan Pakai
Namun menurut Richard Stallman, pendiri Free Software Foundation dan pencipta sistem operasi GNU mengatakan penggunaan aplikasi berbasis web seperti Gmail dari Google “lebih parah dari kebodohan.” Cloud computing yang semakin populer dalam beberapa tahun belakangan ini adalah paradigma komputasi yang dipromosikan berbagai perusahaan teknologi besar termasuk Google, Microsoft dan Amazon.

Tetapi Stallman berpendapat lain, cloud computing “adalah sebuah kebodohan atau bahkan lebih parah lagi, cloud computing hanyalah sebuah kampanye marketing” yang bertujuan untuk menjaring semakin banyak pengguna ke dalam sistem tertutup.

Pendiri Free Software Foundation ini mengatakan bahwa pengguna komputer seharusnya menyimpan informasi mereka sendiri dan tidak mempercayakannya pada pihak ketiga. Larry Ellison, pendiri Oracle juga berpendapat sama, minggu lalu mengkritik bahwa cloud computing hanyalah sebuah “mode” dan “bualan.”

Ellison mengatakan bahwa mereka “telah mendefinisikan ulang cloud computing untuk mengikutkan semua hal yang sebenarnya sudah dapat dilakukan hari ini. Mungkin saya memang orang bodoh, tetapi saya tidak mengerti sedikitpun apa yang dikatakan banyak orang. Apa itu cloud computing? Cloud computing hanyalah sebuah bualan. Kapan kebodohan ini akan berakhir?”

Jumlah orang yang menyimpan informasi pribadi di server-server yang dapat diakses dari internet telah bertumbuh dan menjadi salah satu alasan utama melejitnya aplikasi-aplikasi Web 2.0. Jutaan pengguna kini meng-unggah data pribadi seperti email, foto dan bahkan data pekerjaan ke situs-situs yang dimiliki perusahaan lain seperti Google.

Ada juga kekhawatiran yang terus bertumbuh bahwa adopsi cloud computing oleh massal dapat melahirkan kekhawatiran privasi dan kepemilikikan di mana pengguna berpotensi tidak diperbolehkan mengakses datanya sendiri. Stallman yang merupakan seorang aktivis privasi di internet menyarankan pada pengguna untuk tetap menyimpan data di komputer mereka sendiri.

Referensi :
http://www.surya.co.id/2009/01/23/cloud-computing.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar